koranpilar.com, Tulungagung. Memasuki awal November 2024, wilayah Tulungagung memasuki musim pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Di periode ini, perubahan cuaca yang mendadak sering terjadi, yang dapat meningkatkan risiko bencana alam.
Kepala Pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Tulungagung, Robinson Pasaroan Nadeak, menjelaskan bahwa beberapa jenis bencana yang umumnya terjadi saat pancaroba dan musim hujan meliputi puting beliung, banjir, dan tanah longsor.
“Ada puting beliung, banjir, dan tanah longsor,” ujarnya pada Kamis (7/11).
Robinson juga menjelaskan bahwa puting beliung sulit diprediksi, namun ada tanda-tanda tertentu yang dapat menjadi peringatan. Beberapa tanda tersebut antara lain munculnya awan gelap berbentuk gelombang atau gumpalan kapas yang disebut awan cumulonimbus, yang sangat besar dan tinggi. Selain itu, perubahan arah dan kecepatan angin yang mendadak, angin kencang, serta perubahan warna langit yang menjadi abu-abu pekat dan diiringi dengan kilatan petir, juga bisa menjadi indikator akan datangnya puting beliung.
Selain itu, penurunan tekanan udara dan peningkatan kelembaban yang menyebabkan udara terasa “mendadak pengap” juga menjadi tanda adanya potensi bencana. Ketika hujan deras disertai angin kencang dan kemudian mendadak berhenti, itu bisa menjadi pertanda akan datangnya puting beliung.
Ditanyakan mengenai wilayah yang berpotensi mengalami bencana di Tulungagung, Robinson menyebutkan bahwa potensi puting beliung bisa terjadi di hampir seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung. Sementara untuk bencana banjir, potensi tinggi terjadi di Kecamatan Campurdarat.
“Untuk rawan bencana longsor, wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang menjadi daerah yang perlu diwaspadai,” jelasnya.
Robinson juga mengingatkan masyarakat untuk segera mencari perlindungan di tempat yang aman saat terjadi bencana dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemerintah Desa, yang nantinya akan melanjutkan laporan ke tingkat yang lebih tinggi.