koranpilar.com, Tulungagung. Seribu lebih siswa SMPN 1 Kedungwaru membatik ciprat bersama di Alun-alun Tulungagung, Jumat (22/11).
Batik ciprat merupakan batik yang dilukia dengan cara mencipratkan pewarna ke atas kain sehingga menciptakan pola abstrak.
Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno katakan kegiatan tersebut merupakan bagian rangkaian hari jadi Kabupaten Tulungagung ke 819.
Menurutnya batik merupakan warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan.
“Kegiatan ini merupakan pengembangan dari SMPN 1 Kedungwaru untuk melakukan pemeliharaan dan pemeliharaan budaya batik di Kabupaten Tulungagung,” ujarnya.
Dirinya melanjutkan usaha sebenarnya adalah bagaimana mengupayakan batik ciprat ini lebih dikenal dan mempunyai ciri. Meski diakui batik ciprat tercipta berdasarkan ide dari pelukisnya. Sebab setiap anak yang membatik mempunyai ide sendiri dalam menuangkan imajinasinya dalam bentuk batik ciprat.
Ciri khas batik ciprat dengan menggunakan warna-warna cerah dan kontras. Pewarna diciptakan atau dengan dioleskan menggunakan busa pada kain.
“Saya pikir ini positif, dan bisa dilakukan oleh sekolah lain, karena tiap sekolah mempunyai ciri sendiri,” pungkasnya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Kedungwaru, Sri Wahyuni jelaskan batik ciprat akan digunakan sebagai seragam khas sekolah.
Pihaknya juga menfasilitasi hasil karya siswa dengan memajangnya di koperasi sekolah.
“Untuk kelas VII, seragam khasnya kita menggunakan batik ciprat,” tuturnya.
Salah satu siswa, Kinza mengatakan senang dengan aktifitas ini. Meski diakui dalam membatik membutuhkan usaha. Batik yang dibuatnya didominasi dengan warna cerah dan kontras.
“Awalnya agak bingung, tapi lama-lama bisa,” kata siswa kelas VII tersebut.