koranpilar.com, Tulungagung. Pemkab Tulungagung mempercepat upaya penurunan angka stunting, sebagaimana disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi, saat membuka seminar stunting pada Kamis (31/10).
Menurut Tri Hariadi, meskipun angka stunting di Tulungagung mengalami penurunan sejak 2019, dari 5,32 persen menjadi 4,42 persen, ia menilai progresnya masih lambat. “Penurunannya masih landai,” ungkapnya.
Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol, menjadi contoh sukses dengan mengalokasikan 12,9 persen dari anggarannya untuk penanganan stunting. Setiap balita di desa tersebut menerima bantuan makanan peningkat gizi dari pemerintah desa.
Tri Hariadi menyarankan desa-desa lain untuk mencontoh inovasi Desa Jabalsari, dengan catatan tidak mengganggu pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. “Bisa jadi diadopsi oleh desa lainnya,” ujarnya.
Beberapa desa di Kabupaten Tulungagung menargetkan pencapaian zero stunting pada tahun 2025. Seminar ini juga membahas strategi baru yang akan diterapkan untuk mempercepat penurunan stunting. “Langkah-langkah sudah kita lakukan, ke depan akan kita lakukan percepatan,” tegas Tri Hariadi.
Ia mengakui bahwa kemajuan tiap desa dalam penanganan stunting berbeda-beda, ada yang cepat, ada pula yang lambat. Namun, Tri yakin setiap desa berusaha maksimal dalam menangani masalah ini. “Peran kepala desa dalam memberikan apresiasi dan terobosan memang berbeda,” jelasnya.
Kendala utama dalam penanganan stunting adalah pemahaman masyarakat yang masih kurang. Pemkab Tulungagung akan lebih intensif melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya stunting di masyarakat.