koranpilar.com, Tulungagung. Inflasi tahunan (year on year/y-on-y) Kabupaten Tulungagung pada bulan September 2024 tercatat sebesar 1,81%. Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno, menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang menyumbang inflasi di daerah ini, dan salah satunya bukanlah kebutuhan pokok maupun barang mewah.
Heru memaparkan bahwa faktor-faktor tersebut meliputi pembelian perhiasan, minyak goreng, rokok, serta mobil. Namun, yang menarik, salah satu penyumbang inflasi terbesar justru adalah kopi.
“Ternyata, salah satu penyumbang inflasi di Kabupaten Tulungagung adalah kebiasaan ngopi,” ungkap Heru, Kamis (24/10).
Ia menjelaskan bahwa banyaknya warung kopi yang tersebar di Kabupaten Tulungagung turut berkontribusi terhadap inflasi daerah. Ngopi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat, dengan kopi ijo sebagai minuman khas daerah ini. Meskipun Tulungagung bukan penghasil kopi, budaya “nyethe” — melukis rokok dengan ampas kopi — membuat permintaan kopi tetap tinggi.
“Kebutuhan kopi di masyarakat Tulungagung itu besar. Kita bisa lihat kebiasaan mereka ngopi dari pagi hingga malam,” tambah Heru.
Heru juga menyebutkan bahwa daya beli masyarakat Tulungagung cukup tinggi, sebagaimana terlihat dari pengeluaran untuk kopi, minyak goreng, perhiasan, dan mobil.
“Faktanya, masyarakat Tulungagung memiliki kemampuan belanja yang besar dan daya beli yang kuat,” jelasnya.
Andil dari empat faktor tersebut adalah pembelian perhiasan emas yang menyumbang 0,23 persen, kopi bubuk 0,13 persen, minyak goreng 0,08 persen, rokok 0,07 persen, dan mobil 0,06 persen. Sementara itu, kebutuhan dapur justru menyumbang deflasi akibat melimpahnya stok yang tidak disertai peningkatan minat beli.