koranpilar.com. Tulungagung. Inflasi di Kabupaten Tulungagung mengalami penurunan drastis, bahkan tingkat inflasi di kabupaten ini berada jauh di bawah inflasi nasional dan provinsi Jawa Timur. Hal tersebut diungkapkan oleh Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno, setelah mengikuti rapat penanganan inflasi bersama Kemendagri pada Selasa (2/7/24).
Menurut Heru, inflasi year to year (tahun ke tahun) secara nasional mengalami penurunan. Inflasi nasional turun dari 2,83% menjadi 2,51%, inflasi provinsi Jawa Timur dari 2,52% menjadi 2,05%, dan inflasi Kabupaten Tulungagung dari 3,38% menjadi 2,05%.
“Secara bulanan, kita juga mengalami deflasi dari 0,47% bulan lalu, sekarang turun lagi menjadi 0,6%,” jelas Heru.
Saat disinggung mengenai faktor penurunan inflasi, Heru menjelaskan bahwa harga berbagai komoditas di pasar mulai mengalami penurunan dan cenderung stabil, terutama harga beras yang dipengaruhi oleh panen raya, sehingga stok beras melimpah. Selain itu, pemerintah juga telah menaikkan harga gabah dari 5 ribu rupiah per kilogram menjadi 6 ribu rupiah per kilogram.
“Inflasi terbesar berasal dari beras,” terangnya.
Namun, ada dua komoditas yang cenderung mengalami kenaikan harga, yaitu bawang putih dan minyak goreng. Kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh stok bawang putih impor yang masih 20%. Kebanyakan bawang putih yang beredar di Indonesia berasal dari India dan China. Kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh rencana penghapusan minyak goreng curah dari pasaran yang akan digantikan dengan minyak goreng kemasan untuk menjamin kualitas.
“Hal ini berpengaruh terhadap inflasi tetapi tidak signifikan,” ujarnya.
Wakil Kepala Bulog Tulungagung, Dwi Cahyo, menjelaskan bahwa stok beras untuk Tulungagung relatif aman berkat panen raya tahun ini.
“Stok kita sekitar 6 ribu ton untuk penyaluran 3 bulan ke depan,” jelas Dwi.
Dwi memastikan stok tersebut akan terus bertambah, karena pihaknya akan terus menyerap hasil panen petani (jp).